Saya petik keratan artikel dari laman TAFAKUR NAQS....utk sdra semua renungkan...
Dalam Surat Al-Nur 35 terdapat simbolisme. Disitu dikatakan: Cahaya-Nya dianalogikan sebagai sebuah miskat yang di dalamnya ada lampu besar. Lampu besar itu sendiri ada di dalam kaca, sedangkan kaca itu dianalogikan dengan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur dan tidak pula di sebelah Barat. Minyak tersebut bisa menerangi sekelilingnya, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Tuhan membimbing orang yang Ia kehendaki menuju cahaya-Nya itu.. Simbol 'minyak menerangi tanpa api' ini amat analog dengan simbol 'lampu menyala tanpa sumbu' di atas.
Pada awal penjelasan di dalam surah Al ba qoroh, Al qur an sudah memberikan penjelasannya dengan suatu symbol universal yaitu huruf Alif. Mengapa huruf Alif ?. Sebab inilah huruf pertama yang mengawali semua huruf. Sebagai symbol asal muasal semua 'gerak' di alam semesta ini. Sehingga sangat relevan jika semua pemahaman yang menyangkut E (energy) atau cahaya kemudian diberikan simbol dengan huruf Alif.
Symbol Alif adalah symbol untuk Ruh alam semesta. Sedangkan dalam ajaran Hindu di kenal sebagai Atman. Inilah pemahaman yang saya usung dan saya coba komunikasikan.
Setelah memahami ini maka postulat selanjutnya menjadi mudah saja. La (lam) merupakan symbol keberadaan alam semesta ini. . (Postulat Einstein di symbolkan m). Dan ma (mim) adalah symbol untuk entitas yang menyadari adanya rangkaian kejadian di alam semesta, yang dikenal sebagai Manusia.
Maka dengan menggunakan analogy postulat Einstein, kita mencoba 'membaca' apa yang ingin di komunikasikan Al qur an kepada kita bahwa;
Cahaya Allah (Alif) meliputi seluruh alam semesta, dan menjadi E (energy) gerak awal mula dari seluruh gerak yang ada di alam semesta ini.
Gerak ini meliputi seluruh materi yang ada di alam semesta. Meliputi manusia, meliputi m (materi/masa). Aristoteles menyebutnya sebagai The Unmoved Mover, yang bergerak sendiri tanpa bantuan pribadi lain dan merupakan gerak tunggal yang paling pertama dan yang absolut.
Rangkaian seluruh kejadian yang terjadi di alam semesta ini dan di dalam diri manusia itu sendiri. Dijelaskan dalam bahasa symbol yang lugas, namun tidak akan bermakna apa-apa jika tidak ada yang 'tahu', jika tidak ada 'pengamat'. Sehingga rangkaian symbol A (alif) la (lam) dan ma (mim), haruslah menjadi satu rangkaian dimana akan di baca oleh ma (mim/manusia). Sehingga karenanya~ selanjutnya manusia dapat memetik hikmah atas postulat ini.
Rangkaian seluruh kejadian yang terjadi di alam semesta ini dan di dalam diri manusia itu sendiri. Dijelaskan dalam bahasa symbol yang lugas, namun tidak akan bermakna apa-apa jika tidak ada yang 'tahu', jika tidak ada 'pengamat'. Sehingga rangkaian symbol A (alif) la (lam) dan ma (mim), haruslah menjadi satu rangkaian dimana akan di baca oleh ma (mim/manusia). Sehingga karenanya~ selanjutnya manusia dapat memetik hikmah atas postulat ini.
Karenanya di butuhkan 'kecepatan' ~ yaitu kecerdasan ma (mim) minimal agar seorang 'pengamat' mampu memahami hakekat 'gerak' yang terjadi yang meliputi seluruh m (materi/masa) yaitu alam semesta (lam) dan dirinya sendiri (mim). Jika 'pengamat' terlalu lambat atau terlalu cepat maka 'pengamat' tidak akan mampu 'menyadari 'proses' datangnya 'cahaya' atau E (energy).
Maka karenanya seorang manusia akan dapat memahami hakekat ketuhanan, melalui (dengan) membaca symbol-symbol ini. Dengan bahasa inilah Al qur an ingin ber komunikasi dengan kita. Orang berilmu sudah mampu membaca dan menguraikan makna symbol-symbol ini. Tentunya merekapun sudah memiliki prasyarat dan memiliki referensi cukup atas semua itu. Sebagaimana membaca postult E = mc2. Tentunya tidak sembarang orang mampu merealisasikan dan mengimplementasikan postulat ini dari hasil membaca-nya.
Ahli fisika mampu menghasilkan Energi dari postulat Einstein (E = mc2). Memanipulasi agar m (materi/masa) melepaskan E (energy). Maka ahli hikmah pun memiliki kemampuan yang sama dengan menggunakan postulat Alif lam mim.
Jika postulat Einsten menghasilkan materi yang irreversible dan bersifat radioaktif dan akan mampu merusak apa saja, bahkan mampu menghancurkan dunia. Maka postulat Alif lam mim di tangan ahli hikmah akan menghasilkan energy yang harmoni dnegan alam semesta. Sebagaimana hikayat ahli hikmah dalam kisah nabi Sulaiman as.
Karenanya jika ahli hikmah dan ahli fisika bekerjasama maka harapannya akan dapat menghasilkan E (energy) yang aman dan harmoni bagi manusia dan alam semesta ini. Wolohualam
Suka ·
Karenanya jika ahli hikmah dan ahli fisika bekerjasama maka harapannya akan dapat menghasilkan E (energy) yang aman dan harmoni bagi manusia dan alam semesta ini. Wolohualam
Suka ·