Thursday, July 27, 2017

Wihdatul Wujud (4)



Wihdatul Wujud 

WW....( 4 )
Kembali kepada Sumber
Allah merupakan Sumber segala sesuatu, karena segala sesuatu bersumber dari kalam 'kun'Nya. Segala sesuatu merupakan kehendakNya, tentunya segala sesuatu juga diberikan kodrat dan iradat agar mampu mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, ini merupakan dasar dari pernyataan bahwa segala sesuatu akan kembali kepada asal masing-masing. Jasad kembali kepada tanah sebagaimana asalnya diciptakan nabi Adam as, ruh kembali kepada asalnya di alam arwah, nafas kembali pada asalnya, dan kita pun kembali kepadaNya sebagai asalnya.
Akan tetapi apakah kita harus menunggu meninggal dunia baru bisa kembali kepada asal? Atau haruskah kita mendapatkan musibah barulah kita menyebutkannya?
Suatu ketika Rasulullah pernah bersabda "Matilah engkau sebelum engkau
mati", hadits ini merupakan petunjuk bahwa kita harus kembali kepada Allah, kepada sumber, untuk mengenal diriNya secara kaffah sebelum kita mati.
Kematian sebelum mati diawali dengan matinya cinta kepada dunia, yaitu
dengan berzuhud. Kemudian dilanjutkan dengan matinya sifat-sifat dhalalah, memberantas penyakit jiwa dengan takhalli. Kemudian mematikan seluruh ingatan terhadap segala sesuatu selain Allah semata, dan ini dilakukan dengan cara berkhalwat.
Ucapkanlah la ilaha illallah, dan sadarkan diri bahwa ucapan ini mengandung dua makna. Bahwa segala sesuatu selain Allah adalah ilah, termasuk diri sendiri. Arti kedua adalah bahwa ilah itu sebenarnyalah ada dan Allah adalah satu-satunya ilah. Kedua makna ini akan menggiring kesadaran insaniyah menuju ketenggelaman diri kedalam hakikat Allah, sebagai sumber; laksana secercah cahaya yang kembali pada matahari, seperti setetes air laut kembali pada samudra yang tak bertepi, dimana ilah tidak ada, yang ada hanya Allah. Ingatlah, YANG ADA HANYA ALLAH.
Saat kesadaran insaniyah sudah melebur, tenggelam, dan sirna, maka sesungguhnya yang berdzikir dan yang didzikirkan adalah satu. Apa dayanya secerah cahaya lilin pada matahari? Apa dayanya setetes air laut pada samudra tak bertepi? Kembalinya kita pada sumber selagi masih hidup membuahkan pengenalan luar biasa kepada Allah Yang Maha Agung.
Ada potensi besar dalam diri manusia, tetesan air atau secercah cahaya yang kami maksudkan adalah Ruh, yang digambarkan dalam surat Shaad ayat 72. Setitik ruh yang Allah tiupkan dari diriNya sendiri.
Banyak ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata "sebagian dari ruhKu" adalah ruh ciptaanKu. Tentu saja tidak ada yang tidak diciptakan oleh Allah, tetapi jika demikian, maka untuk apa para malaikat diharuskan bersujud? Jika manusia itu hanyalah orang-orang seperti anda, yang bahkan tidak memahami bahwa di dalam diri terdapat unsur ilahiyah?
Oleh karena itu, kami lebih memahami ayat tersebut bahwa sebagian diri Allah telah diteteskan pada manusia, sehingga manusia memiliki naluri untuk kembali pada asalnya. Inilah alasan mengapa Allah ingin dikenal dan dia berkata "dan denganKu mereka mengenalKu." Artinya dengan setetes dari diriNya itulah yang menyebabkan kita mampu mengenalnya, dengan cara kembali kepada sumber kita.
Selain itu, Allah menciptakan alam semesta dari Nur Muhammad, dan Nur Muhammad merupakan pancaran Nurullah. Perhatikan sebuah hadits
riwayat Jabir r.a. bahwa sesungguhnya Jabir r.a. bertanya kepada Rasulullah
"Ya Rasulullah, apakah yang mula-mula Allah ciptakan?"
kemudian Rasulullah menjawab "Mula-mula Allah menciptakan Nur nabimu, dan dari Nur itulah segala sesuatu diciptakan, termasuk engkau Jabir." Allah Maha Awal, dan telah mengambil bahan baku penciptaan alam semesta dari diriNya sendiri, yaitu dengan beriradah. Termasuklah manusia, diciptakan dari Nur Muhammad, dan Nur Muhammad diciptakan dari cipratan Nurullah yang memancar dari diriNya sendiri.
Terlalu dini untuk menyebutkan ini paham Syi'ah, karena ini merupakan Hadits Rasulullah dan bukan perkataan Imam Syi'ah, bahkan bukan Sayidina Ali, tetapi langsung dari Rasulullah; artinya, ini harus dipatuhi oleh semua golongan ummat Islam, bukan Syi'ah saja.
Wihdatul Wujud merupakan kenyataan kembalinya seorang hamba kepada Allah sebelum dia mengalami kematian, dan memanglah tidak harus mengalami mati barulah bertemu dengan Allah; justru bertemu dengan Allah dan kembali kepada Allah semasa hidup lebih penting; agar segala perilaku lahir dan batin senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah, dan senantiasa merasa mesra bersama Allah...